Bagian 5: Gangguan yang Semakin Intens

 

Bagian 5: Gangguan yang Semakin Intens



Senin itu, rasanya badanku dan pikiranku terpisah. Badanku di mana, pikiranku di mana. Aku seperti orang bengong terus. Ini terjadi di pabrik. Anehnya, kalau di rumah aku biasa saja. Begitu memegang karung, badanku langsung terasa sangat lelah. Bahuku pegal sekali, dan pikiranku kosong terus. Kejadian ini berlangsung setiap hari, dari Senin, Selasa, bahkan Rabu.

Pada hari Rabu, teman-temanku mulai menyadarinya. "Jal, lu kalau enggak kuat di bagian mesin, nyerah aja kenapa sih? Ngomong gitu sama atasan." Mereka bilang, "Lu udah capek banget itu kayaknya."

Aku merasa tidak enak. Ini baru pekerjaan pertamaku. Aku berusaha sekuat tenaga. Meskipun badanku terasa berat, seperti belum bekerja, namun sudah sangat lelah.

Kamis itu, mungkin puncaknya. Aku benar-benar sangat lelah. Sore harinya, aku pulang bersama Ari. Kami membicarakan pekerjaan. "Gimana, Ri, kerjaan enak enggak lu di bongkar barang?"

"Ya, enak enggak enak nemuin orang kerja," jawabnya. "Lumayan capek."

Aku melampiaskan keluhanku. "Wah, kerjaan capek banget kayak Ri, pas gua kemarin kejadian kayak begitu, dimimpiin kayak gitu."

"Udah, apa jangan mikirin begitu mulu," kata Ari. "Udah, jangan mikirin yang aneh-aneh lah."

Aku mengantarkan Ari pulang, lalu kembali ke rumah. Malam itu, aku tidur jam dua belas malam. Baru saja terlelap, aku langsung mimpi. Mimpiku benar-benar horor. Aku sedang tawuran antara kampungku dan kampung sebelah. Ada korban jiwa, seseorang dari kampung sebelah meninggal.

Malam kedua, mereka datang. Rame-rame, membawa senjata tajam. Kami sedang berkumpul. Mereka langsung menuntut, "Gua enggak mau tahu, ya. Pokoknya nyawa dibayar nyawa!"

Aku bingung. "Maksud lu apa, dibawa nyawa dibayar nyawa?"

"Ya, kalau nyawa teman gua sampai meninggal dari lu juga harus ada yang meninggal," mereka bersikeras.

Tiba-tiba, seorang temanku di belakang mengangkat tangan. "Mas, kalau lu mau seperti itu, udah, gua aja." Dia berjalan ke depan, berhenti di sampingku. Dia berbisik, "Sebelum gua di...," lalu langsung melanjutkan, "kita serang!" Dia berjalan ke depan, langsung seperti ruku'.

Kejadian itu singkat sekali. Kepalanya langsung terpisah dari badannya. Aku panik, ingin menolong, tapi bagaimana? Aku berteriak.

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel