Jangan Diprotes Dulu, Renungkan Saja
Jangan Diprotes Dulu, Renungkan Saja
Menjaga Kemuliaan di Tengah Arus Zaman
Dunia hari ini sering kali memaksa kita untuk mengukur segalanya dari apa yang terlihat di permukaanvalidasi digital, pamer kekayaan, hingga popularitas instan. Namun, jika kita sejenak berhenti dan menoleh pada sejarah mereka yang dimuliakan oleh langit, kita akan menemukan standar yang jauh berbeda. Standar itu bukan tentang seberapa banyak mata yang memandang kita, melainkan tentang menjaga kehormatan (muru'ah) dan kemurnian jiwa.
Belajar dari Nasab yang Terjaga
Mari kita merenung melalui sosok Syarifah Badrun. Beliau adalah bukti nyata bagaimana sebuah kemuliaan dijaga melalui silsilah yang tersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai keturunan ke-35 dari Rasulullah melalui jalur Hasan bin Ali, keberadaannya bukan sekadar angka dalam sejarah, melainkan representasi dari nilai-nilai luhur yang diturunkan antar generasi.
Dalam silsilah beliau, terdapat pula nama besar Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, sultan para wali dan pendiri tarekat Qadiriyah. Syarifah Badrun tumbuh dalam lingkungan yang mempertemukan tradisi habaib yang ketat dengan kedalaman tasawuf. Mengapa nasab ini begitu dijaga? Karena di dalamnya terdapat tanggung jawab moral untuk menjaga diri agar tetap pantas menyandang nama suci tersebut.
Memilih Pasangan di Ambang Kerusakan Moral
Refleksi tentang kesucian nasab di atas membawa kita pada sebuah teguran keras bagi kehidupan modern: tidak semua orang pantas dijadikan pendamping hidup. Di zaman yang serba terbuka ini, kita harus bijak menilai di mana letak "kerusakan" seseorang dan apakah hal tersebut masih bisa ditoleransi atau tidak. Seseorang mungkin bukan orang jahat, tapi belum tentu ia adalah orang baik yang tepat untuk membangun peradaban kecil bernama keluarga.
Ada sebuah saran tajam untuk direnungkan:
Tentang Validasi: Hindari memilih pasangan yang hidupnya bergantung pada validasi publik atau lawan jenis secara berlebihan. Hubungan yang sehat membutuhkan privasi dan eksklusivitas. Jangan sampai Anda yang berjuang membangun rumah tangga, namun perhatian dan "kenikmatan" visual pasangan Anda justru menjadi konsumsi orang lain.
Tentang Jebakan Materi: Waspadalah terhadap pria yang mencoba menjebak dengan pamer kekayaan dan love bombing. Kemuliaan pria tidak diukur dari seberapa keras ia berteriak tentang hartanya, melainkan dari kejujurannya. Sering kali, kemegahan yang dipamerkan secara berlebihan hanyalah kedok bagi seorang penipu.
Kembali ke Ruh Etik
Jangan diprotes dulu poin-poin di atas. Renungkanlah bahwa memilih pasangan adalah memilih "akar" bagi keturunan kita kelak. Jika kita mendambakan generasi yang memiliki ketenangan jiwa seperti para wali dan keturunan Nabi, maka kita harus memulai dengan menjaga kehormatan diri sendiri.
Negara dan masyarakat mungkin kini dikelola seperti korporasi yang dingin, namun rumah tangga tidak boleh kehilangan ruh etiknya. Hukum dan kontrak bisnis bisa saja mengatur dunia, tetapi hanya cinta yang terjaga dan kehormatan yang murni yang mampu menyambung silsilah kita hingga ke pintu surga.