Ads

Meniti Jejak Ilmu dan Ukhuwah: Sambangan Santri KHAS Kempek Cirebon 20–21 Desember 2025

 Meniti Jejak Ilmu dan Ukhuwah: Sambangan Santri KHAS Kempek Cirebon 20–21 Desember 2025

Ditulis oleh: Akang Marta



Sambangan santri Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon pada 20–21 Desember 2025 menjadi peristiwa bermakna yang melampaui sekadar agenda kunjungan rutin. Ia menjelma ruang perjumpaan batin, penguatan ukhuwah, dan perayaan tradisi keilmuan pesantren yang hidup. Dalam dua hari yang singkat namun padat, para santri menata langkah, merapikan niat, dan meneguhkan komitmen untuk terus belajar, berkhidmah, serta menjaga adab sebagai fondasi perjalanan intelektual dan spiritual mereka.

Sejak pagi, halaman pesantren dipenuhi suasana harap dan khidmat. Rombongan santri datang dengan tertib, membawa bekal sederhana dan semangat kebersamaan. Sambangan ini bukan hanya perjalanan fisik, melainkan ziarah nilai—menyambung sanad keilmuan, merawat ingatan kolektif, dan memperbarui ikrar sebagai penuntut ilmu. Di setiap sapaan, senyum, dan salam, terasa getar persaudaraan yang tumbuh dari kesamaan tujuan dan cinta kepada ilmu.

Agenda hari pertama dibuka dengan istighatsah dan doa bersama. Lantunan dzikir mengalir tenang, menautkan hati-hati yang hadir dalam satu irama pengharapan. Para kiai dan asatidz memberikan tausiyah yang menekankan pentingnya adab sebelum ilmu, kesungguhan sebelum hasil, serta keikhlasan sebagai napas pengabdian. Pesan-pesan tersebut disampaikan dengan bahasa yang membumi, dekat dengan realitas santri, namun tetap berakar pada khazanah klasik pesantren.

Sesi ta’aruf dan dialog menjadi ruang pertukaran pengalaman. Santri saling berbagi kisah belajar, tantangan keseharian, dan strategi menjaga disiplin. Diskusi berlangsung hangat, mencerminkan budaya musyawarah yang menjadi ciri khas pesantren. Dalam forum ini, perbedaan latar belakang justru memperkaya perspektif, sementara kesamaan visi meneguhkan rasa kebersamaan. Sambangan menjelma laboratorium sosial tempat nilai toleransi, empati, dan kepemimpinan diasah.

Menjelang sore, kegiatan berlanjut dengan pembacaan kitab dan kajian tematik. Materi dipilih untuk menegaskan relevansi ilmu pesantren dengan konteks kekinian—akhlak digital, etika bermedia, dan tanggung jawab sosial santri di tengah masyarakat. Pendekatan ini menegaskan bahwa pesantren tidak terpisah dari zaman, melainkan hadir sebagai penuntun moral yang adaptif dan solutif. Santri diajak berpikir kritis tanpa meninggalkan adab, serta berani berperan tanpa kehilangan kerendahan hati.

Malam hari diisi dengan muhasabah dan refleksi bersama. Dalam suasana hening, santri diajak menengok kembali niat awal menuntut ilmu. Refleksi ini menjadi jeda yang menyadarkan: belajar adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan doa. Tangis haru sesekali pecah, bukan karena lelah, melainkan karena kesadaran akan amanah ilmu yang harus dijaga. Malam itu, pesantren menjadi ruang penyucian niat dan penguatan tekad.

Hari kedua dimulai dengan salat Subuh berjamaah dan kuliah subuh. Pesan yang disampaikan menyoroti makna khidmah—melayani guru, pesantren, dan masyarakat sebagai jalan keberkahan ilmu. Santri diingatkan bahwa kemuliaan ilmu tidak hanya diukur dari penguasaan teks, tetapi dari dampaknya bagi sesama. Nilai khidmah ini menjadi benang merah yang menjahit seluruh rangkaian sambangan.

Kegiatan bakti sosial dan gotong royong menjadi praktik nyata dari pesan yang diterima. Santri membersihkan lingkungan, membantu persiapan dapur, dan berinteraksi dengan warga sekitar. Tindakan sederhana ini menegaskan bahwa pesantren adalah bagian dari masyarakat, bukan menara gading. Dari sini, santri belajar bahwa ilmu harus hadir sebagai solusi, dan adab harus tampak dalam tindakan sehari-hari.

Penutupan sambangan diwarnai dengan ikrar bersama dan doa keselamatan. Para santri kembali dengan bekal pengalaman, jaringan persahabatan, dan energi baru untuk melanjutkan proses belajar. Sambangan Santri KHAS Kempek Cirebon 20–21 Desember 2025 menjadi penanda penting bahwa tradisi pesantren tetap relevan dan hidup. Ia mengajarkan bahwa ilmu tumbuh subur ketika dirawat dengan adab, ukhuwah, dan khidmah.

Lebih dari itu, sambangan ini menegaskan peran pesantren sebagai ruang pembentukan karakter. Di tengah arus perubahan, pesantren menawarkan keseimbangan antara teks dan konteks, tradisi dan inovasi. Santri dilatih menjadi pribadi tangguh, berakhlak, dan berdaya guna. Dengan demikian, sambangan bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari komitmen baru untuk meniti jejak ilmu dan mengabdi dengan penuh tanggung jawab.

Ketika rombongan berpamitan, tersisa jejak langkah dan doa yang saling bersahutan. Pesantren kembali tenang, namun semangatnya bergerak bersama para santri. Sambangan telah usai, tetapi maknanya berlanjut dalam laku harian: belajar lebih tekun, beradab lebih dalam, dan berkhidmah lebih luas. Dari Kempek, pesan itu mengalir, menumbuhkan harapan akan generasi santri yang berilmu, berakhlak, dan berkontribusi bagi bangsa.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel