Ads

Legenda Kisah Syekh Nurdjati: Mengubah Jimat Menjadi Hikmah (Lanjutan Wejangan Agung)

Mengubah Jimat Menjadi Hikmah (Lanjutan Wejangan Agung)



Wejangan Agung Syekh Nurjati terus mengalir laksana sungai hikmah yang membasuh setiap ceruk jiwa Somadullah. Sang Guru kini menyingkap tabir dari pusaka-pusaka yang diperoleh muridnya dari Gunung Kumbang, dari pertemuan gaibnya dengan Sang Hyang Naga.

Ilmu Kesakten: "Engkau diberi ilmu Kesakten agar ucapanmu dituruti. Namun, ketahuilah, kekuatan kata bukanlah dari sihir, melainkan dari kebenaran yang dikandungnya. Maka jangan gunakan ia untuk memaksa, tapi untuk mengajak kepada takwa."

2.      Azimat Limunan: "Engkau dianugerahi azimat Limunan agar bisa bersembunyi di dalam terang. Makna sejatinya, Somadullah, adalah agar engkau senantiasa rendah hati. Sembunyikanlah aku-mu di tengah keramaian. Jangan pernah merasa paling benar dan paling suci di antara manusia."

Satu persatu jimat duniawi itu diubah menjadi permata surgawi.

Aji Titi Murti: Yang konon bisa mempermudah urusan rumit, ditafsir ulang dari firman: Bi mā ‘milūhū khayran (Kerjakanlah segala perintah yang baik). Karena dengan menjalankan perintah Allah, segala kesulitan akan menjadi mudah.

2.      Baju Pusaka Waring: Yang bisa membuatmu terbang, sejatinya bertuliskan Hajjun mabrūrun. Hati yang khusyuk akan diterima oleh Tuhan. Dengan hati yang khusyuk itulah jiwamu akan terbang melampaui batas duniawi.

3.     Umbul-umbul Waring: Yang melindungimu dari senjata musuh, di baliknya terukir pesan, "Hai manusia, carilah rezeki dengan cara yang baik. Jangan asal memperoleh saja. Karena rezeki yang halal adalah perisai terbaik dari segala marabahaya."

4.      Tiga Pusaka Ratu Bangau: Dan terakhir, tiga pusaka dari Ratu Bangau: Azimat Panjang menjadi isyarat bahwa perjuanganmu akan dibantu para wali Allah. Pendil Petunjuk adalah simbol jalan menuju agama yang hak. Dan Barong adalah pengingat bahwa segala amalmu harus berdiri di atas tiga pilar kokoh: Syariat, Tarekat, dan Makrifat.

Saat wejangan berakhir, Pangeran Walang Sungsang yang dulu mencari kesaktian telah lenyap. Yang berdiri di hadapan Syekh Nurjati adalah Somadullah, seorang pejuang saleh yang kini memahami bahwa kekuatan terbesar bukanlah pada benda pusaka, melainkan pada ketundukan jiwa kepada Sang Pencipta.

Syekh Nurjati tersenyum. Pedang itu telah selesai ditempa. Iman mereka telah sekokoh batu karang. Kini saatnya pedang itu diayunkan, bukan untuk menumpahkan darah, tetapi untuk membabat belantara kejahilan.

"Anak-anakku," titah Sang Guru dengan suara penuh wibawa. "Ilmu yang kalian miliki akan sia-sia jika hanya tersimpan di dada. Pergilah sekarang, bukalah sebuah perkampungan baru di selatan Gunung Jati. Jadikanlah tempat itu suluh bagi agama Allah, sebuah mercu suar pesisir."

Kontributor: Akang Marta


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel