Ads

Legenda Kisah Syekh Nurdjati: Penyatuan Dua Cabang Keluarga Agung di Baghdad

 

Penyatuan Dua Cabang Keluarga Agung di Baghdad



Di kota yang gemerlap dengan para filsuf, ulama, dan kemegahan istana, takdir mempertemukannya dengan belahan jiwanya. Ia dipersuntingkan dengan seorang wanita Salihah bernama Syarifah Halimah. Pernikahan ini bukan sekadar ikatan cinta, melainkan penyatuan dua aliran darah mulia yang terpisah.

Nasab Syarifah Halimah tak kalah luhur. Ayahnya, Ali Nurul Alim, dan garis keturunannya tersambung hingga ke Amir Abdullah Khanuddin, leluhur yang sama dengan Syekh Datuk Khofi. Pernikahan mereka adalah lambang kembalinya dua cabang dari pohon keluarga yang agung dan diberkahi.

Dari ikatan suci ini, lahirlah empat permata hati, empat berkah yang mengisi hari-hari mereka dengan tawa.

1.      Dua putra gagah: Syekh Abdurrahman dan Syekh Abdurrahim, yang kelak akan menjadi pilar-pilar dakwah di Cirebon dengan gelar terhormat: Pangeran Panjang Kejaksaan.

2.      Seorang putri jelita: Fatimah, yang dikenal sebagai Syarifah Bagdad.

3.      Si bungsu: Syekhdatul Khafid.

Kehidupan mereka di Baghdad dipenuhi kenyamanan dan kemuliaan. Kakak dari Syarifah Halimah, Syarif Sulaiman, adalah seorang raja yang bijaksana. Ia telah menikahi putri mahkota dan memegang tampuk kekuasaan di Baghdad. Dengan kemurahan hati seorang paman dan raja, Syarif Sulaiman menjamin seluruh kehidupan dan nafkah keempat keponakannya.

Syekh Datuk Khofi bisa saja memilih hidup damai dalam kemuliaan istana, menyaksikan anak-anaknya tumbuh dalam kemewahan tiada tara. Namun, di tengah gemerlapnya Baghdad, sebuah suara lirih terus memanggilnya dari lubuk hati yang terdalam. Suara itu datang dari timur. Dari sebuah kepulauan bernama Nusantara, yang subur namun masih diselimuti kepercayaan-kepercayaan lama, sebuah pulau besar bernama Jawa yang menanti cahaya iman.

Bisikan itu semakin kuat, hingga akhirnya menjadi sebuah perintah agung. Raja Baghdad sendiri, Syarif Sulaiman, yang melihat potensi agung dan malakah spiritual dalam diri Syekh Datuk Khofi, memutuskan untuk mengutusnya.

"Pergilah, wahai Syekh, bawalah risalah suci ini ke tanah yang jauh. Misimu belum selesai," titah Sang Raja.

Inilah persimpangan terberat dalam hidupnya. Di satu sisi, ada empat buah hati yang masih kecil, tawa mereka adalah musik terindah di telinganya. Di sisi lain, ada panggilan suci, sebuah amanah risalah yang tak bisa ia abaikan.

Setelah bermunajat panjang memohon petunjuk, Syekh Datuk Khofi dan istrinya yang setia, Syarifah Halimah, membuat sebuah keputusan yang menggetarkan jiwa. Sebuah Pengorbanan Agung.

Mereka akan pergi. Mereka akan meninggalkan kemewahan Baghdad, meninggalkan keluarga besar, dan yang terberat: meninggalkan keempat anak mereka dalam asuhan Raja Syarif Sulaiman. Ini adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah misi suci, sebuah amanah yang mereka pikul dengan air mata di balik senyuman tabah.

Dengan hati yang teguh dan penuh tawakal, sekitar tahun 1420 Masehi, mereka memulai perjalanan suci. Berlayar menuju fajar di ufuk timur, menuju sebuah pelabuhan kecil di Jawa.

Kontributor: Akang Marta

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel