Ads

Loyalitas Relawan: Antara Idealisme dan Keuntungan Pribadi

 

Loyalitas Relawan: Antara Idealisme dan Keuntungan Pribadi



Relawan politik seharusnya menjadi ujung tombak aspirasi rakyat, jembatan antara kepentingan masyarakat dan pengambil kebijakan. Idealnya, peran mereka adalah menyuarakan kebutuhan rakyat, mengawal janji politik, dan memastikan transparansi serta akuntabilitas para pemimpin. Namun, kenyataannya seringkali berbeda.

Banyak relawan yang, setelah memenangkan pasangan atau partai politik tertentu, justru memperoleh posisi strategis di pemerintahan atau BUMN. Posisi ini memberi keuntungan pribadi, mulai dari pengaruh hingga fasilitas, yang dapat menggeser fokus mereka dari aspirasi rakyat ke kepentingan diri sendiri. Ketika loyalitas lebih dipengaruhi oleh imbalan atau posisi, suara rakyat bisa tersisihkan, dan kritik masyarakat terhadap kebijakan menjadi terbatas.

Risiko yang muncul cukup serius. Jika relawan tidak lagi menjadi wakil aspirasi publik, kepercayaan masyarakat terhadap politik menurun. Rasa partisipasi dan keadilan dalam proses demokrasi melemah, karena masyarakat melihat politik lebih menguntungkan segelintir orang daripada memperjuangkan kepentingan bersama.

Fenomena ini menuntut refleksi dari seluruh aktor politik: bagaimana memastikan relawan tetap independen dan fokus pada tugasnya sebagai pengawal aspirasi rakyat? Tanpa kontrol dan etika yang jelas, peran vital relawan justru bisa berubah menjadi alat legitimasi bagi kekuasaan, bukan suara rakyat.

Relawan politik seharusnya menjadi ujung tombak aspirasi rakyat. Namun, kenyataannya seringkali berbeda. Banyak relawan yang mendapatkan posisi strategis di pemerintahan atau BUMN sehingga loyalitas mereka kadang lebih dipengaruhi keuntungan pribadi.

Risiko nyata: aspirasi rakyat bisa tersisihkan, dan kepercayaan publik terhadap politik menurun.

Kontributor

SM Indramayutradisi.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel