Indonesia Sedang Marah: Antara Warisan Jokowi, Beban Prabowo, dan Tuntutan Rakyat (Bagian 11)
Jangan Buat Rakyat Marah
Kemarahan rakyat bukan sekadar luapan emosi, melainkan peringatan yang
nyata bagi penguasa. Peringatan itu menandakan bahwa cara lama yang penuh tipu
daya dan manipulasi tidak lagi dapat diterima. Rakyat semakin melek, semakin
kritis, dan semakin berani bersuara. Mereka tidak bisa lagi dipinggirkan dengan
janji kosong atau ancaman kekuasaan. Ketika suara hati rakyat bersatu, tidak
ada benteng yang cukup kuat untuk membendungnya.
Setiap peringatan rakyat adalah alarm keras bagi para elit politik.
Mereka seharusnya sadar bahwa rakyat sudah muak dengan kepongahan dan
keserakahan yang ditampilkan di panggung kekuasaan. Tidak ada propaganda yang
cukup kuat untuk menutup mata rakyat dari kenyataan yang mereka hadapi
sehari-hari. Semakin sering rakyat merasa dikhianati, semakin kuat pula energi
perlawanan yang tumbuh dari bawah. Jika itu terjadi, sejarah akan berulang
dengan pelajaran pahit bagi penguasa.
Gelombang kemarahan rakyat bukanlah hal yang bisa diremehkan. Sekali ia
bangkit, ia akan meluluhlantakkan segala bentuk arogansi politik yang berdiri
di hadapannya. Tidak ada aparat yang cukup banyak, tidak ada oligarki yang
cukup kaya, dan tidak ada kompromi politik yang cukup licin untuk meredamnya.
Rakyat yang marah adalah kekuatan yang tak terhentikan. Dan ketika momentum itu
tiba, semua tembok kekuasaan akan runtuh dengan sendirinya.
Prabowo, DPR, dan seluruh elit negeri ini berada di persimpangan sejarah.
Mereka harus segera menentukan, apakah berpihak pada rakyat atau memilih
menjadi musuh rakyat itu sendiri. Tidak ada jalan tengah yang bisa
menyelamatkan citra ketika rakyat sudah merasa dikhianati. Sejarah bangsa penuh
dengan catatan tentang penguasa yang tumbang karena menyepelekan rakyatnya. Dan
setiap generasi selalu meninggalkan pelajaran yang sama: jangan pernah menguji
kesabaran rakyat.
Maka pesan ini sederhana sekaligus tegas: jangan buat rakyat marah.
Rakyat adalah pemilik sah negeri ini, bukan sekadar penonton dari drama politik
yang dimainkan para elit. Setiap langkah politik seharusnya berakar dari
kepentingan rakyat, bukan dari ambisi pribadi. Jika kekuasaan ingin bertahan
lama, ia harus berdiri di sisi rakyat, bukan melawan mereka. Karena sekali
rakyat benar-benar marah, tidak ada satu pun kekuatan yang mampu menahan
gelombang itu.
Kontributor
Akang Marta Indramayutradisi