Siapa yang Berani Mendobrak?
Siapa yang Berani Mendobrak?
Dalam banyak forum atau konsorsium, sering kali ada kesepakatan bersama yang
seolah tak bisa diganggu gugat. Semua orang setuju mengikuti jalur lama, meski
sebenarnya mereka sadar bahwa jalur itu sudah tidak relevan lagi.
Pertanyaannya, siapa yang berani berdiri dan berkata: “Saya akan memilih jalan
yang berbeda”? Pertanyaan sederhana ini sesungguhnya adalah inti dari
keberanian. Tidak semua orang mampu menjawabnya dengan tindakan, karena
konsekuensinya jelas: perlawanan, penolakan, bahkan kemungkinan kegagalan.
Sikap ini memang tidak mudah. Mengambil jalan
berbeda sering dianggap sebagai bentuk pembangkangan. Tidak jarang, orang yang
berani berbeda justru menghadapi resistensi, bahkan penolakan terbuka. Ia bisa
dicap sebagai pengacau, dianggap terlalu ambisius, atau bahkan dilabeli sebagai
orang yang tidak tahu aturan. Tekanan sosial semacam ini membuat banyak orang
memilih diam, mengikuti arus, dan tetap berjalan di jalur lama meski hatinya
gelisah.
Namun, sejarah membuktikan bahwa kemajuan
hanya lahir dari keberanian menantang pola lama. Bayangkan jika para pemimpin
besar dunia dulu hanya mengikuti arus. Tidak akan ada revolusi, tidak ada
perbaikan, tidak ada inovasi. Dunia akan tetap sama, stagnan, dan tertinggal.
Dari para penemu sains, tokoh pendidikan, hingga pejuang kemerdekaan, semua
memiliki benang merah yang sama: mereka berani berkata “tidak” pada kebiasaan
yang tidak lagi relevan.
Dalam konteks modern, sikap ini juga sangat
relevan. Dunia terus berubah dengan cepat. Teknologi, sosial, dan budaya bergerak
dalam ritme yang jauh lebih dinamis dibandingkan masa lalu. Jika kita masih
bersikeras mempertahankan pola lama, maka kita hanya akan menjadi penonton
dalam panggung perubahan. Maka, keberanian untuk berbeda bukan sekadar pilihan,
melainkan keharusan.
Tentu saja, berani berbeda tidak berarti asal
menentang tanpa arah. Jalan baru yang ditempuh harus dibangun di atas landasan
visi yang jelas, tujuan yang kuat, dan komitmen yang konsisten. Orang yang
berani mengambil langkah berbeda harus siap menanggung risiko sekaligus siap
menunjukkan hasil yang lebih baik. Dengan cara inilah, perlawanan terhadap pola
lama menjadi masuk akal, bukan sekadar perlawanan kosong.
Setiap zaman memiliki tokoh yang berani
berdiri di tengah mayoritas yang diam. Mereka mungkin sendirian pada awalnya,
tetapi langkah kecil yang mereka ambil sering kali menjadi percikan api yang
menyulut perubahan besar. Keberanian mereka memberi inspirasi, membuka jalan,
dan pada akhirnya diikuti oleh orang lain.
Karena itu, jangan takut memilih jalan berbeda
ketika jalur lama sudah jelas tidak lagi relevan. Ingatlah bahwa stagnasi
hanyalah hasil dari kepatuhan buta terhadap kebiasaan. Kemajuan lahir dari
keberanian untuk berkata, “Saya akan melangkah ke arah lain.”
Kontributor
SM Indramayutradisi.com