Publik, Oligarki, dan Ujian Kepemimpinan Prabowo (Bagian 5)
Analogi Rossi di Tikungan
Terakhir
Seorang pengamat menggambarkan Prabowo seperti Valentino Rossi di
tikungan terakhir MotoGP. Analogi ini bukan sekadar perbandingan, melainkan
gambaran tentang titik kritis dalam perjalanan politik. Di momen genting itu,
kecerdikan seorang pemimpin diuji sepenuhnya. Satu langkah salah dapat
menggelincirkan arah dan meruntuhkan kepercayaan. Namun satu manuver tepat
mampu mengantar pada kemenangan besar.
Situasi yang digambarkan ini menyiratkan bahwa waktu Prabowo sangat
terbatas. Ia berada dalam kondisi di mana setiap detik memiliki konsekuensi
besar. Tidak ada lagi ruang untuk kesalahan atau kelengahan. Semua mata tertuju
padanya, menunggu keputusan yang diambil. Dalam keadaan ini, ujian kepemimpinan
benar-benar berada pada puncaknya.
Gambaran ban yang sudah aus menandakan sumber daya yang mulai menipis.
Hujan deras yang turun menggambarkan situasi politik yang penuh ketidakpastian.
Lawan yang menyalip dari berbagai arah mencerminkan tekanan yang datang dari
banyak pihak. Semua itu mempersempit ruang gerak dan memaksa keputusan cepat.
Prabowo tidak lagi memiliki kenyamanan untuk menunda.
Jika ia memilih untuk tetap bersikeras dengan kondisi lama, risiko yang
dihadapi hampir pasti besar. Potensi tergelincir tidak hanya meruntuhkan
dirinya sendiri. Jutaan rakyat yang menaruh harapan padanya bisa ikut terjatuh.
Inilah taruhan besar yang sedang dimainkan. Pertaruhannya adalah masa depan
politik dan kepercayaan publik.
Namun di sisi lain, keberanian untuk mengganti ban menjadi simbol
perubahan. Itu artinya berani mengganti orang, strategi, bahkan arah kebijakan.
Keputusan semacam itu memang berat, tetapi bisa menjadi kunci keselamatan.
Seperti pembalap yang cerdik, manuver tepat di saat genting bisa mengubah
segalanya. Pertanyaan besarnya: apakah Prabowo akan mengambil risiko untuk
bertahan, atau berani memilih jalan perubahan?
Kontributor
Akang Marta Indramayutradisi