Publik, Oligarki, dan Ujian Kepemimpinan Prabowo (Bagian 11)
Pilihan di Tangan Presiden
Waktu semakin sempit, dan tekanan publik kian terasa. Setiap langkah
yang diambil presiden kini dipantau dengan cermat oleh rakyat. Mereka
menghitung jam, hari, bahkan detik dengan penuh harap. Tuntutan rakyat
sederhana, tanpa perlu hiasan berlebihan. Mereka hanya ingin sebuah keberanian
politik yang nyata.
Publik tidak menuntut janji besar yang penuh retorika. Mereka haus pada
bukti, bukan sekadar kata-kata manis yang berakhir kosong. Harapan yang mereka
titipkan hanya satu: keberpihakan pada kepentingan rakyat. Semua ini menegaskan
bahwa legitimasi seorang pemimpin lahir dari keberanian memilih rakyat di atas
segalanya. Bila hal itu tidak dilakukan, maka jarak antara rakyat dan pemimpin
akan semakin lebar.
Presiden Prabowo masih memiliki peluang besar untuk membuktikan dirinya.
Rakyat siap berdiri bersama, selama presiden benar-benar memilih bersama
mereka. Namun, bila pilihan jatuh pada oligarki, maka kesetiaan rakyat akan
terkikis. Seorang pemimpin sejati diuji ketika harus menentukan siapa yang akan
ia dampingi. Pada titik inilah sejarah menyiapkan catatannya.
Sejarah selalu kejam pada pemimpin yang salah memilih kawan. Oligarki
tampak menjanjikan kekuasaan, tetapi sesungguhnya hanya jebakan licin yang
mematikan. Pemimpin yang terjerat di dalamnya akan kehilangan kepercayaan
rakyat. Dan tanpa rakyat, kekuasaan hanyalah bangunan rapuh tanpa fondasi.
Inilah peringatan yang seharusnya dijadikan pelajaran.
Kini bangsa ini menunggu di tikungan terakhir perjalanan kekuasaan.
Prabowo berdiri di persimpangan sejarah yang menentukan. Apakah ia akan
meluncur jatuh bersama oligarki, atau melesat menang bersama rakyat? Pilihan
itu akan menegaskan warisan kepemimpinannya. Dan hanya keberanian berpihak pada
rakyat yang akan menyelamatkan namanya di masa depan.
Kontributor
Akang Marta Indramayutradisi